Selasa, 22 Juli 2014
Cinta itu...
Selamat Hari Anak Nasional
Anak-anak Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan. Anak-anak dengan gaya “High” yang bersekolah di label Sekolah Standar Internasional, sedang berlomba-lomba memiliki gadget tercanggih. Sebagian besar waktu mereka hanya dihabiskan untuk bermain dengan gadget, mampu bertahan lama hanya untuk menatap layar. Bermain di luar? Enggan rasanya mereka lakukan. Mereka lebih senang mengurung diri di balik istana ternyaman mereka.
Mereka seakan terlena dengan fasilitas yang diberikan oleh orang tua mereka. Mereka menjadi anak yang bersifat apatis, tak peduli dengan kejadian yang ada disekitar. Bermalas-malasan, ah sudah menjadi hal yang wajar. Karena biasanya ada “mba” yang selalu siap melayani mereka.
Tetapi disisi lain, masih banyak pula anak-anak yang kurang mendapat perhatian. Jalanan merupakan tempat yang biasa untuk mereka. Memetik gitar dengan bernyanyi semampu mereka demi mendapat beberapa uang receh. Bekerja keras demi sesuap nasi. Hanya sedikit dari mereka yang dapat mengenyam bangku pendidikan. Keadaan yang menuntut mereka.
Impian mereka yang selangit, perlahan mulai luntur karena keputusasaan. Bagi mereka, dapet bertahan hidup pun sudah cukup. Banyak pihak yang bertanya, dimana tanggung jawab orang tua mereka? Tapi sungguh mereka tak pernah menyesali keadaannya, mereka ikhlas menanggung beban di umur mereka yang masih belia.
Tak dapat dipungkiri, inilah realita anak Indonesia kini, sang generasi penerus bangsa, agen perubahan. Andai saja mereka bisa saling mengisi, sang kaya memiliki kerja keras yang sama seperti sang miskin, dan sang miskin memiliki kesempatan untuk hidup seperti sang kaya.